Melamar Menjadi Penghafal Quran
*Melamar Jadi Hafiz Quran*
Menjadi Hafidz Quran adalah manusia yang dipilih Allah untuk menjaga kalamnya di muka bumi
Di bawah ini adalah tulisan sahabat saya, seorang penulis aktif buku buku Islam, Bang Haji Azhar begitu saya menyebutnya.
Malam 27 Romadhon 1439 Kemarin beliau mengajak saya untuk 'itikaf di Masjid Ponpes Tahfidz di daerah Megamendung bogor dimana putranya belajar di sana
Dari perjalanan mabit dan ibadah di pondok Tahfidz ini beliau men
ulis sebagai berikut :
Penghafal Alquran itu adalah pilihan. Pertama kali saya mendengar petuah ini terlontar dari guru tahfizh Fajar (Baca Buku Fajar Sang Hafizh karya Azhar Azis). Ustaz Danil, beliau adalah guru Fajar tetapi testimoninya justru ia belajar banyak dari muridnya itu.
Fajar hafal Quran diusia balita, belum bisa membaca dan belum mengenali huruf hijaiyah, tetapi sudah hafal Quran dengan sistem simak (mendengar).
Sang guru bercerita, banyak keajaiban Alquran pada diri Fajar, seolah-olah template Alquran dipindahkan ke kepalanya, dan dia pun hafal seluruh isinya. Hafalan Fajar sangat kuat, walau hanya dengan mendengarkan tilawah Alquran.
Namun, ingat, penghafal Alquran adalah pilihan Allah. Allah Aza wa Jalla yang memilih siapa saja yang dikehendakinya untuk menjaga kalam Allah dalam Alquran. Allah yang memilih hamba-hamba-Nya menjadi hafizh Quran. Tuna netra, lumpuh otak, anak kecil, bahkan bayi sekali pun, jika dipilih menjadi hafizh Quran, tiadalah yang sulit bagi-Nya. Yang kita lihat mungkin keterbatasan fisik, tapi bagi Allah tidak ada yang terbatas. Kitalah yang serba terbatas.
Di sebuah subuh, usai salat di masjid pondok tahfizh anak-anak usia SD di Bogor. Di tengah sang kiyai sedang memberi tausiah atau nasihat kepada puluhan anak ingusan yang mengambil takhassus menghafal Quran, terlontar kata di atas.
Anak-anakku sekalian. Kalian harus tahu, kalian semua yang duduk di sini, berusaha menghafal Alquran dari satu ayat ke ayat lain, sungguh kalian tidak cukup hanya dengan berusaha dan bersungguh-sungguh.
Banyak yang kalian harus lakukan demi menjadi seorang hafizh. Tak cukup membaca berulang-ulang, menghafal, lalu menyetorkan ke muhaffizh dan murojaah.
Kalian harus menyucikan diri, jika ingin ayat-ayat suci Alquran masuk ke jiwa-jiwa kalian.
Kalian harus berakhlak Alquran jika ingin menghafalkan Alquran. Kalian harus menjaga perilaku, adab, pikiran, hati, istiqamah, berbuat baik kepada orang tua, dan banyak berdoa.
Saat ini, kalian sedang melamar menjadi keluarga Allah dengan menghafalkan Alquran. Kalian sedang melewati banyak ujian "fit and priper test", layak atau tidak terpilih menjadi hafizh Quran.
Allah yang akan memilih kalian menjadi hafizh Quran. Sebab orang-orang yang terpilih menjadi hafizh, bagi Allah sangatlah mudah. Di antara kita ini, belum tentu dipilih, walau siang malam berjuang dan bersungguh-sungguh.
Semua itu hanyalah sebuah proses yang harus kalian lewati untuk menjadi pilihan Allah. Sebab hafizh Alquran adalah pilihan Allah. Jika tahapan melamar menjadi hafizh ini diterima Allah, maka setiap orang di antara kalian pasti akan menjadi seorang hafizh. Untuk menjadi hafizh Quran, camkanlah, di hati dan dada kalian hanya ada Alquran. Butuh kesungguhan, durasi (mulaazamah), niat yang kuat, fokus, keberkahan, penyucian diri, doa, dan adab.
Jika masih ada rasa dengki, kikir, suka marah, suka menggunjing, mengikuti dan mengumbar hawa nafsu, maka Anda pada dasarnya sedang menutup masuknya cahaya Alquran ke dalam jiwa kalian. Karena ayat suci tidak mungkin masuk dan bercampur dalam jiwa yang kotor, dalam hati yang masih kotor. Sucikan jiwa kalian, pitihkan hari kalian, agar Alquran mudah masuk.
Ingat, di dahi kalian ada Alquran. jangan mencampur adukkan kesuciannya dengan perbuatan buruk. Ingat, kalian sedang melamar menjadi penghafal Quran, jaga sikap, tutur kata, dan perbuatan, jika ingin menjadi orang pilihan.
Di antara kalian, sudah ada tereliminasi karena banyak hal. Ada yang bersikap buruk, sehingga ia harus dipulangkan agar tidak menjadi virus di tempat ini. Ada yang ditarik pulang oleh orang tuanya, karena mereka tak sabar melihat kalian ditempa di tempat ini. Ada orang tua yang tak ingin merelakan kalian sepenuhnya bersama Alquran, selama-lamanya hingga menjadi hafizh. Padahal, jika kalian sudah menjadi hafizh, kalian wajib pulang kepada orang tua dan menjadi panutan di kampung kalian masing-masing.
Intervensi berlebihan dari orang tua menjadi batu sandungan, Anda gagal dalam proses melamar menjadi hafizh Quran. Sebaliknya, doa dan dukungan orang tua kalian, akan mempermudah dan mempercepat proses lamaran kalian diijabah.
Nasihat diatas saya tulis dengan bahasa dan diksi saya sesuai pesan-pesan sang kiyai kepada murid-muridnya. Ada yang masih berusia 8 tahun, tapi mereka sudah ditempa bersama Alquran.
Menjelang pagi, saya beranjak dari masjid tempat anak-anak mendapat wejangan kiyai. Anakku berbisik, Abi, ikhlaskan saya tidak pulang dalam liburan ini. Saya ingin menjaga diri di sini sampai hafal 30 juz. Jika kita tak dipertemukan sebelum Abi pergi, atau saya yang pamit duluan, Allah akan pertemukan kita di surga-Nya. Sebuah mahkota dari berlian akan dipakaikan ke kepala setiap orang tua yang anaknya menghafal Alquran, begitu janji Allah dalam hadiya Nabi.
Kuingin Abi dan Ummi bahagia di dunia dan akhirat, walau ini berat bagi saya. Tapi biarlah saya memikul beban ini, tugas Abi dan Ummi memikul beban untuk meringankan dan membahagiakan orang tua Abi dan Ummi, kakek dan nenek saya.
"Jadi, kamu tidak mau pulang, Nak? Saya datang kesini untuk menjemputmu, tapi tak mengapa. Beban ini aku pikul agar engkau menjadi penghafal dan penjaga ayat-ayat Allah."
Menjadi Hafidz Quran adalah manusia yang dipilih Allah untuk menjaga kalamnya di muka bumi
Di bawah ini adalah tulisan sahabat saya, seorang penulis aktif buku buku Islam, Bang Haji Azhar begitu saya menyebutnya.
Malam 27 Romadhon 1439 Kemarin beliau mengajak saya untuk 'itikaf di Masjid Ponpes Tahfidz di daerah Megamendung bogor dimana putranya belajar di sana
Dari perjalanan mabit dan ibadah di pondok Tahfidz ini beliau men
ulis sebagai berikut :
Penghafal Alquran itu adalah pilihan. Pertama kali saya mendengar petuah ini terlontar dari guru tahfizh Fajar (Baca Buku Fajar Sang Hafizh karya Azhar Azis). Ustaz Danil, beliau adalah guru Fajar tetapi testimoninya justru ia belajar banyak dari muridnya itu.
Fajar hafal Quran diusia balita, belum bisa membaca dan belum mengenali huruf hijaiyah, tetapi sudah hafal Quran dengan sistem simak (mendengar).
Sang guru bercerita, banyak keajaiban Alquran pada diri Fajar, seolah-olah template Alquran dipindahkan ke kepalanya, dan dia pun hafal seluruh isinya. Hafalan Fajar sangat kuat, walau hanya dengan mendengarkan tilawah Alquran.
Namun, ingat, penghafal Alquran adalah pilihan Allah. Allah Aza wa Jalla yang memilih siapa saja yang dikehendakinya untuk menjaga kalam Allah dalam Alquran. Allah yang memilih hamba-hamba-Nya menjadi hafizh Quran. Tuna netra, lumpuh otak, anak kecil, bahkan bayi sekali pun, jika dipilih menjadi hafizh Quran, tiadalah yang sulit bagi-Nya. Yang kita lihat mungkin keterbatasan fisik, tapi bagi Allah tidak ada yang terbatas. Kitalah yang serba terbatas.
Di sebuah subuh, usai salat di masjid pondok tahfizh anak-anak usia SD di Bogor. Di tengah sang kiyai sedang memberi tausiah atau nasihat kepada puluhan anak ingusan yang mengambil takhassus menghafal Quran, terlontar kata di atas.
Anak-anakku sekalian. Kalian harus tahu, kalian semua yang duduk di sini, berusaha menghafal Alquran dari satu ayat ke ayat lain, sungguh kalian tidak cukup hanya dengan berusaha dan bersungguh-sungguh.
Banyak yang kalian harus lakukan demi menjadi seorang hafizh. Tak cukup membaca berulang-ulang, menghafal, lalu menyetorkan ke muhaffizh dan murojaah.
Kalian harus menyucikan diri, jika ingin ayat-ayat suci Alquran masuk ke jiwa-jiwa kalian.
Kalian harus berakhlak Alquran jika ingin menghafalkan Alquran. Kalian harus menjaga perilaku, adab, pikiran, hati, istiqamah, berbuat baik kepada orang tua, dan banyak berdoa.
Saat ini, kalian sedang melamar menjadi keluarga Allah dengan menghafalkan Alquran. Kalian sedang melewati banyak ujian "fit and priper test", layak atau tidak terpilih menjadi hafizh Quran.
Allah yang akan memilih kalian menjadi hafizh Quran. Sebab orang-orang yang terpilih menjadi hafizh, bagi Allah sangatlah mudah. Di antara kita ini, belum tentu dipilih, walau siang malam berjuang dan bersungguh-sungguh.
Semua itu hanyalah sebuah proses yang harus kalian lewati untuk menjadi pilihan Allah. Sebab hafizh Alquran adalah pilihan Allah. Jika tahapan melamar menjadi hafizh ini diterima Allah, maka setiap orang di antara kalian pasti akan menjadi seorang hafizh. Untuk menjadi hafizh Quran, camkanlah, di hati dan dada kalian hanya ada Alquran. Butuh kesungguhan, durasi (mulaazamah), niat yang kuat, fokus, keberkahan, penyucian diri, doa, dan adab.
Jika masih ada rasa dengki, kikir, suka marah, suka menggunjing, mengikuti dan mengumbar hawa nafsu, maka Anda pada dasarnya sedang menutup masuknya cahaya Alquran ke dalam jiwa kalian. Karena ayat suci tidak mungkin masuk dan bercampur dalam jiwa yang kotor, dalam hati yang masih kotor. Sucikan jiwa kalian, pitihkan hari kalian, agar Alquran mudah masuk.
Ingat, di dahi kalian ada Alquran. jangan mencampur adukkan kesuciannya dengan perbuatan buruk. Ingat, kalian sedang melamar menjadi penghafal Quran, jaga sikap, tutur kata, dan perbuatan, jika ingin menjadi orang pilihan.
Di antara kalian, sudah ada tereliminasi karena banyak hal. Ada yang bersikap buruk, sehingga ia harus dipulangkan agar tidak menjadi virus di tempat ini. Ada yang ditarik pulang oleh orang tuanya, karena mereka tak sabar melihat kalian ditempa di tempat ini. Ada orang tua yang tak ingin merelakan kalian sepenuhnya bersama Alquran, selama-lamanya hingga menjadi hafizh. Padahal, jika kalian sudah menjadi hafizh, kalian wajib pulang kepada orang tua dan menjadi panutan di kampung kalian masing-masing.
Intervensi berlebihan dari orang tua menjadi batu sandungan, Anda gagal dalam proses melamar menjadi hafizh Quran. Sebaliknya, doa dan dukungan orang tua kalian, akan mempermudah dan mempercepat proses lamaran kalian diijabah.
Nasihat diatas saya tulis dengan bahasa dan diksi saya sesuai pesan-pesan sang kiyai kepada murid-muridnya. Ada yang masih berusia 8 tahun, tapi mereka sudah ditempa bersama Alquran.
Menjelang pagi, saya beranjak dari masjid tempat anak-anak mendapat wejangan kiyai. Anakku berbisik, Abi, ikhlaskan saya tidak pulang dalam liburan ini. Saya ingin menjaga diri di sini sampai hafal 30 juz. Jika kita tak dipertemukan sebelum Abi pergi, atau saya yang pamit duluan, Allah akan pertemukan kita di surga-Nya. Sebuah mahkota dari berlian akan dipakaikan ke kepala setiap orang tua yang anaknya menghafal Alquran, begitu janji Allah dalam hadiya Nabi.
Kuingin Abi dan Ummi bahagia di dunia dan akhirat, walau ini berat bagi saya. Tapi biarlah saya memikul beban ini, tugas Abi dan Ummi memikul beban untuk meringankan dan membahagiakan orang tua Abi dan Ummi, kakek dan nenek saya.
"Jadi, kamu tidak mau pulang, Nak? Saya datang kesini untuk menjemputmu, tapi tak mengapa. Beban ini aku pikul agar engkau menjadi penghafal dan penjaga ayat-ayat Allah."
Komentar
Posting Komentar